SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI HADROH MARAWIS AL KAUTSAR TAPOS - DEPOK ::::::: MARI HIDUPKAN SENI ISLAMI DAN BUDAYA INDONESIA :::: 089 630 831 508 HADROH DAN MARAWIS AL KAUTSAR TAPOS - DEPOK: Juli 2016
BASECAMP KAMI DI JL. RAYA TAPOS BELAKANG SDN CIMPAEUN II RT. 04 / 04 KEL. CIMPAEUN KEC. TAPOS - DEPOK ( RUMAH KANG ZEZEN SYUKRILLAH ) :::::::: BASECAMP KEDUA DI JL. RAYA TAPOS RT. 03 / 04 KEL. CIMPAEUN KEC. TAPOS - DEPOK ( RUMAH KANG NANANG )

Kamis, 28 Juli 2016

Majlis Al - Kautsar


Majlis Al - Kautsar kami rutin dilakukan atau dilaksanakan setiap minggu yaitu pada setiap malam jum'at, alhamdulillah dari yang hanya jama'ah nya hanya ruang lingkup anggota grup, tapi sekarang sudah mencakup menjadi umum siapapun dari manapun bisa mengikuti kegiatan kami bahkan bila bersedia dan memenuhi kriteria bisa juga mengikuti atau ikut main marawis dan hadroh panggung ke panggung.

berikut susunan acara pada majlis kami yaitu :

1. Pembacaan tawasul atau kirim puji hadiah kepada Ahli Kubur.
2. Pembacaan Ratibul Athos.
3. Pembacaan Rawi Maulid Diba
4. Tausiyah yang disampaikan oleh ulama, atau ustad serta kultum oleh Jama'ah.

Majlis Al - Kautsar semua nya dikelola oleh pemuda - pemudi, sehingga kami sangat yakin masih banyak kekurangan disana - sini, sehingga kami tidak henti hentinya terus belajar pada guru - guru kami.

berikut nama guru - guru kami :

1. Mualim Syahid ( Ulama Tokoh Cimpaeun RW. 04 )
2. KH. Badrul Ulung Suparman ( Ulama Tokoh Cimpaeun RW. 04 )
3. Ustadz Bustomi El - Hazami
4. KH. Ustad Muhammad Rifa'i
5. Ustadz Tatan Rustandi
6. Ustadz Budi Hartono ( Pencetus Awal Marawis Al - Kautsar )
7. Ustadz Wahyudin
8. Ustadz Dedi ( Jaka Swara )

dan guru - guru lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, juga kami mendapat support dari :

1. Ketua RW. 04
2. Ketua Karang Taruna RW. 04
3. Ketua RT. 01 s/d RT. 05
4. Bp. Syamsudin
5. Bp. Amil Dadang
dan seluruh warga dilingkungan kami.

demikianlah profile singkat dari Kami.. :)

Selasa, 26 Juli 2016

DOWNLOAD GRATIS LAGU KAMI AL KAUTSAR AQUSTIK...

1. Bidadari Syurgaku

2. Ya Nabi Salam Alaika 


SELAMAT MENDENGARKAN DAN MENIKMATI :)
JADWAL MANGGUNG AL - KAUTSAR - TAPOS DEPOK 


1. TANGGAL 6 AGUSTUS 2016 - ACARA KHITAN DI JEMBATAN KUNING - BOGOR.






JADWAL INI AKAN TERUS DI UPDATE SESUAI DENGAN JOB YANG DITERIMA.

Sejarah tentang alat musik gambus

  



Gambus adalah sejenis alat musik petik yang berasal dari Timur tengah. Selain musik gambus, alat musik petik lainnya yang berasal dari TImur Tengah adalah mandolin. Gambus merupakan salah satu alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini memiliki fungsi sebagai pengiring tarian zapin dan nyanyian pada waktu diselenggarakan pesta pernikahan atau acara syukuran.Gambus merupakan salah satu alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini memiliki fungsi sebagai pengiring tarian zapin dan nyanyian pada waktu diselenggarakan pesta pernikahan atau acara syukuran.

Alat musik ini identik dengan nyanyian yang bernafaskan Islam. Dalam mengiringi penyanyi, alat musik ini juga diiringi dengan alat musik lain, seperti marwas untuk memperindah irama nyanyian. Bentuknya yang unik seperti bentuk buah labu siam atau labu air (My) menjadikannya mudah dikenal. Alat musik gambus juga dianggap penting dalam nyanyian Ghazal yang berasal dari Timur Tengah pada masa kesultanan Malaka. Kedatangan pedagang-pedagang Timur Tengah pada zaman Kesultanan Melayu Melaka telah membawa budaya masyarakat mereka dan memperkenalkannya kepada masyarakat di Tanah Melayu.

Ciri ciri alat musik gambus adalah sebagai berikut :
  • Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar.
  • Gambus dimainkan sambil diiringi gendang.
  • Sebuah orkes memakai alat musik utama berupa gambus dinamakan orkes gambus atau disebut gambus saja.
  • Orkes gambus pernah membawakan acara irama padang pasir.
  • Orkes gambus mengiringi tari Zapin yang seluruhnya dibawakan pria untuk tari pergaulan.
  • Lagu yang dibawakan berirama Timur Tengah. Sedangkan tema liriknya adalah keagamaan.
  • Alat musiknya terdiri dari biola, gendang, tabla dan seruling.
Kini, orkes gambus menjadi milik orang Betawi dan banyak diundang di pesta sunatan dan perkawinan. Lirik lagunya berbahasa Arab, isinya bisa doa atau shalawat. Perintis orkes gambus adalah Syech Albar seorang Arab-Indonesia, bapaknya Ahmad Albar, dan yang terkenal orkes gambus El-Surayya dari kota Medan pimpinan Ahmad Baqi.

sumber : http://dunia-terang.blogspot.co.id/2013/08/sejarah-tentang-alat-musik-gambus.html

Senin, 25 Juli 2016

SEJARAH HADRAH ATAU HADRA

HADRA – Seni Rebana Indonesia


Oleh:Vaylin Mita S.
Definisi  Seni Hadrah
Seni hadrah (rudat) merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan umat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan umat islam. Kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang bersumber dari kitab Al-Barzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. ”Dulu seni hadrah berkembang dengan pesat di kalangan pesantren-pesantren. Sekarang di ISHARI cabang Malang ada 18 kelompok yang tercatat dan semuanya masih tetap eksis. Selama Maulid pun banyak undangan yang kami dapatkan. Hampir selama 40 hari banyak undangan yang kami terima,” kata Ketua ISHARI cabang Malang, KH. Ahmad Suyuti.
Dari seluruh Jawa Timur, seni hadrah di Malang raya yang paling sedikit dari daerah lainnya. Kalau di daerah lainnya banyak bermunculan kelompok-kelompok seni hadrah, di Malang perkembangannya tidak seperti di daerah lain. Ia mencontohkan seperti di Gresik yang memiliki anggota mencapai 2000 orang lebih. Satu kelompok seni hadrah biasanya mencapai 50 orang. Di Malang perkembangan saat ini sudah lebih baik dari sebelumnya. Jika beberapa tahun lalu, jumlah grup  seni hadrah hanya 11 kelompok, sekarang sudah berkembang menjadi 18 kelompok yang tersebar di Malang Raya. Jumlah ini tentunya masih kalah jauh dibandingkan dengan kelompok terbangan Al-Banjari atau Terbang Jidor yang sama-sama membaca dan melantunkan shalawat Nabi. Tarian yang dilakukan para rodat pun memiliki filosifi tersendiri. Tidak hanya asal menari. Nama rodat berasal dari Bahasa Arab dari kata Rodda yang artinya bolak-balik. Para penari itu memang selalu bolak-balik dalam menggerakan tangan, badan serta anggota tubuh lainnya.
Gerakannya pun disandarkan pada kisah penyambutan Kanjeng Nabi saat berhijrah ke Madinah. Saking gembiranya dengan kedatangan nabi ke Madinah, kaum Ansor berdesak-berdesak menyambut kedatangan Nabi. Berdesak-desakan itu tercermin dalam barisan yang rapat para rodat saat menggerakan tubuhnya. Tepukan tangan para rodatpun disandarkan para kegembiraan kaum Ansor yang menyambut kedatangan Nabi di Madinah, tepuk tangan dilakukan para perempuan yang lokasinya cukup jauh dari penyambutan Nabi Saw.
Perkembangan Seni Hadrah di Indonesia
Seni hadrah (rodat) merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan umat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan umat Islam. Kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat Islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. Seni hadrah yang diiringi dengan rebana dan gerakan tarian dari beberapa orang sudah jarang ditemui di tengah kota. Untuk membangkitkan dan melestarikan kesenian hadrah ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pontianak menggelar Festival Hadrah yang digelar selama dua hari mulai tanggal 30 – 31 Oktober 2012 di Keraton Kadriah. Festival Hadrah ini diikuti oleh 11 kelompok yang masing-masing menampilkan kebolehannya dalam memainkan hadrah serta menari mengikuti irama rebana, memukau penonton yang menyaksikannya. Pemenang Festival Hadrah se Kota Pontianak, juara pertama diraih Perkumpulan Seni Hadrah Arafah A dari Kelurahan Dalam Bugis, juara kedua kelompok Harapan Bersama dari Desa Kapur dan juar ketiga PH A Al-Muthatahirin dari Beting Permai.
Hadrah atau lebih populer dengan sebutan terbangan perkembangannya tak lepas dari sejarah dakwah Islam. Seni ini memiliki semangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada yang tahu secara persis, kapan datangnya musik hadrah di Indomesia. Namun hadrah atau yang lebih populer dengan musik terbangan (rebana bahasa jawa) tersebut tak lepas dari sejarah perkembangan dakwah Islam para Wali Songo. Dari beberapa sumber menyebutkan bahwa pada setiap tahun di serambi Masjid Agung Demak, Jawa Tengah diadakan perayaan Maulid Nabi yang diramaikan dengan rebana. Para Wali songo menggadopsi rebana dari Hadrolmaut sebagai kebiasaan seni musik untuk dijadikan media berdakwah di Indonesia. Hadrah selalu menyemarakkan acara-acara Islam seperti peringatan Maulid Nabi, tabligh akbar, perayaan tahun baru hijriyah, dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya. Sampai saat ini hadrah telah berkembang pesat di masyarakat Indonesia sebagai musik yang mengiringi pesta pernikahan, sunatan, kelahiran bayi, acara festival seni musik Islami dan dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolahan, pesantren, remaja masjid dan majelis taklim.
Makna hadrah dari segi bahasa diambil dari kalimat bahasa Arab yakni hadhoro atau yuhdhiru atau hadhron atau hadhrotan yang berarti kehadiran. Namun kebanyakan hadrah diartikan sebagai irama yang dihasilkan oleh bunyi rebana. Dari segi istilah atau definisi, hadrah menurut tasawuf adalah suatu metode yang bermanfaat untuk membuka jalan masuk ke ‘hati’, karena orang yang melakukan hadrah dengan benar terangkat kesadarannya akan kehadiran Allah dan Rasul-Nya. Pasca kemerdekaan, perkembangan musik hadrah di Indonesia tak terlepas dari peranan Ikatan Seni Hadrah Indonesia (Ishari).
Ishari adalah salah satu badan otonom yang berada di bawah organisasi Nahdlatul Ulama (NU), disahkan pada tahun 1959.Pengorganisasian dan nama ISHARI diusulkan oleh salah seorang pendiri NU yakni KH Wahab Chasbullah. Menurut Gus Hasib, putra KH Wahab Hasbullah, semasa hidup, Kiai Wahab sangat senang hadrah. Bahkan kalau sedang diam tangannya suka memukul-mukul sebagai isyarat memukul terbang (hadroh: red) sambil melagukan bacaan sholawat. Karena ia juga senang berorganisasi akhirnya kelompok hadrah dibuatkan wadah perkumpulan dibawah organisasi NU dengan nama ISHARI atau Ikatan Seni Hadroh Republik Indonesia. Terbentuknya ISHARI di NU menjadi salah satu organisasi yang memelopori tradisi keagamaan warga pesantren dengan menghidupkan pembacaan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Hampir seluruh pesantren di Jawa Timur memiliki kegiatan ekstra setiap malam jum’at menggelar kegiatan shalawatan. Sebut misalnya Pondok Pesantren Langitan Tuban, Jawa Timur. Selain mendalami ilmu agama, di pesantren yang diasuh KH Abdullah Faqih ini juga terdapat kegiatan seni hadrah untuk para santri. Hadrah menjadi media apresiasi seni bagi para santri untuk menyalurkan bakat dan minat santrinya. Walhasil, beberapa group pun terbentuk antara lain Annabawiyyah, Arraudhah dan Al-Muqtasida. Kemahiran para santri dalam bidang seni suara (qiraat) dan seni musik (hadrah) berpadu sehingga tiga grup tersebut dikenal khalayak umum di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya, hingga sekarang.
Sejarah Singkat Seni Hadrah
Sedikit yang tahu soal sejarah perkembangan musik tradisional Hadrah yang disebut juga  Kompangan di Provinsi Jambi. Apalagi, kini Kompangan sekarang ini mulai ditinggalkan,  diganti oleh musik modern seperti organ tunggal, band, karaoke dan sejenisnya. Bunyamin mulai bercerita bahwa seni Hadra yang pertama kali ada di Provinsi Jambi bernama Sambilan. Singkatan dari nama-nama pendirinya: Safaidin, Ahmad, Marzuki, Burhanudin, Ibrohim, Jalil, Ahmad Jalil dan Nawawi. Diperkirakan Sambilan lahir tahun 1943. Sambilan mulai aktif di Kampung Tengah, Seberang Kota Jambi. Pendirinya berasal dari Kampung Tengah, dua dari luar Kampung Tengah. Nawawi dan Jalil. Nawawi berasal dari daerah Sungai Maram dan Jalil dari Kampung Arab Melayu. Awal pendirian Hadra Sambilan sangat alot. Setelah berdiri, pergerakan mereka pun terseok-seok. Alat-alat musik pertama dibuat dari kulit sapi yang dibentuk bulat menggunakan kayu. Cukup sulit membuat satu rebana di jaman itu. Hadra mulai dikenal masyarakat setempat sebagai musik tradisional yang Islami. Arak-arakan pengantin mulai menggunakan jasa Hadra. Selain itu, digunakan pula untuk hajatan lain seperti cukuran anak, marhabah, dan menyambut tamu-tamu agung. Untuk kostum, anggota grup Sambilan mengenakan pakaian ala raja-raja Melayu jaman dulu. Yakni, baju muslim dengan kain songket di selempang dan pinggang. Kepala pemusik menggunakan kain yang digulung seperti topi runcing.
Lagu-lagu yang dinyanyikan kebanyakan bernuansa Islami, berasal dari kitab-kitab marhabah. Sementara lambang grup Sambilan, berupa motif Kembang Tandjung.  Alasannya, bunga Tandjung mempunyai delapan kelopak yang mencerminkan delapan orang pendiri. Dan juga, bunga itu mekar pada jam delapan malam, “ini memberi pengertian bahwa latihan Hadra dilakukan pada malam hari antara jam delapan sampai jam sepuluh,” ujar Bunyamin. Bagaimana perkembangan Hadra saat ini? Sekitar tahun 1980-an, seni budaya Hadra sangat diminati masyarakat Jambi. Tapi, memasuki dekade 2000-an   ke atas, peminat Hadra mulai menurun. Masyarakat yang sering memakai jasa grup Hadra kebanyakan hanya  dari wilayah Seberang Kota Jambi saja. Sedangkan di wilayah Provinsi Jambi Hadra pelan-pelan  mulai ditinggalkan.
Berawal dari grup Sambilan, Hadra mulai tersebar ke seluruh kabupaten. Di antaranya, Kabupaten Muaro Jambi, Merangin, Tebo, Bungo, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Batanghari. Walaupun di seluruh kabupaten sudah ada Hadra, jumlahnya kian lama kian menyusut. “Hanya Kabupaten Kerinci yang tidak ada group hadranya,” lanjutnya.
Sekitar tahun 1999, Hadra kota Jambi resmi dibentuk pada saat Festival Hadra digelar oleh Persatuan Pengajian Remaja Al-Hidayah RT 09 Kelurahan Sungai Putri, Kecamatan Telanaipura. Pada saat itu, Bunyamin Yusuf yang merupakan salah satu guru besar Hadra Provinsi Jambi mempunyai gagasan untuk mempatenkan organisasi Hadra Kota Jambi bersama dengan Kams Halim, Joko Purwoko, Didi, dan beberapa orang lainnya yang peduli terhadap perkembangan Hadra. Mereka akhirnya membuat satu organisasi yang bernama Ikatan Dewan Hadra Anggut (IDHA) Kota Jambi. Setelah organisasi hadra Kota Jambi berdiri, gairah masyarakat terhadap Hadra  mulai tinggi lagi. Lambat laun, organisasi serupa mulai bermunculan di Kota Jambi. “Yang terdaftar di kami sudah 63 grup,” ujarnya.
Setelah berdirinya Ikatan Dewan Hadra Anggut Kota Jambi, barulah pada tahun 2001 dibentuk Ikatan Dewan Hadra Provinsi Jambi yang dirumuskan oleh beberapa orang. Pendirian dilaksanakan di Museum Perjuangan Rakyat Jambi. Bunyamin Yusuf kembali terpilih sebagai ketua. “Sejak itu grup Hadra mencapai 120 grup, berasal dari masing-masing daerah,” jelasnya. Meski organisasi terus berkembang, namun peminat musik Hadra sudah terlanjur menipis. Apalagi sejak tahun 2007, perkembangan Hadra di Kota Jambi sudah mulai berkurang. Penyebabnya, generasi muda yang telah terpengaruh oleh budaya luar tak lagi tertarik mempelajari kompangan. “Pemuda sekarang lebih banyak bermain di internet dan sulit untuk diajak latihan,” ujarnya, pesimis. “Sudah selayaknya pemerintah memperhatikan dan mempertahankan kesenian budaya daerah Jambi. Jika tidak, anak-anak cucu kita nanti tidak akan lagi bisa melihat langsung seni budaya daerah Jambi. Hanya dapat mengenal dan melihatnya melalui buku sejarah saja,” tandasnya, berharap.
SIMPULAN
Seni hadrah (rodat) merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan umat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan umat Islam. Kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat Islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. Perkembangan musik hadrah di Indonesia tak terlepas dari peranan Ikatan Seni Hadrah Indonesia (Ishari). Ishari adalah salah satu badan otonom yang berada di bawah organisasi Nahdlatul Ulama (NU), disahkan pada tahun 1959. Pengorganisasian dan nama ISHARI diusulkan oleh salah seorang pendiri NU yakni KH Wahab Chasbullah. Sedangkan sejarah hadra sendiri pertama kali ada di Provinsi Jambi bernama Sambilan. Singkatan dari nama-nama pendirinya: Safaidin, Ahmad, Marzuki, Burhanudin, Ibrohim, Jalil, Ahmad Jalil dan Nawawi. Diperkirakan Sambilan lahir tahun 1943.

Marawis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Marawis
Marawis adalah salah satu jenis "band tepuk" dengan perkusi sebagai alat musik utamanya. Musik ini merupakan kolaborasi antara kesenian Timur Tengahdan Betawi, dan memiliki unsur keagamaan yang kental. Itu tercermin dari berbagai lirik lagu yang dibawakan yang merupakan pujian dan kecintaan kepada Sang Pencipta.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Kesenian marawis berasal dari negara timur tengah terutama dari Yaman. Nama marawis diambil dari nama salah satu alat musik yang dipergunakan dalam kesenian ini. Secara keseluruhan, musik ini menggunakan hajir (gendang besar) berdiameter 45 Cm dengan tinggi 60-70 Cm, marawis (gendang kecil) berdiameter 20 Cm dengan tinggi 19 Cm, dumbuk atau (jimbe) (sejenis gendang yang berbentuk seperti dandang, memiliki diameter yang berbeda pada kedua sisinya), serta dua potong kayubulat berdiameter sepuluh sentimeter. Kadang kala perkusi dilengkapi dengan tamborin atau krecekdan [Symbal] yang berdiameter kecil. Lagu-lagu yang berirama gambus ataupadang pasir dinyanyikan sambil diiringi jenis pukulan tertentu
Dalam Katalog Pekan Musik Daerah, Dinas Kebudayaan DKI, 1997, terdapat tiga jenis pukulan atau nada, yaitu zapinsarah, dan zahefah. Pukulan zapin mengiringi lagu-lagu gembira pada saat pentas di panggung, seperti lagu berbalas pantun. Nada zapin adalah nada yang sering digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad SAW (shalawat). Tempo nada zafin lebih lambat dan tidak terlalu menghentak, sehingga banyak juga digunakan dalam mengiringi lagu-lagu Melayu.
Pukulan sarah dipakai untuk mengarak pengantin. Sedangkan zahefah mengiringi lagu di majlis. Kedua nada itu lebih banyak digunakan untuk irama yang menghentak dan membangkitkan semangat. Dalam marawis juga dikenal istilah ngepang yang artinya berbalasan memukul dan ngangkat. Selain mengiringi acara hajatan seperti sunatan dan pesta perkawinan, marawis juga kerap dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya Islam.

Jumlah Pemain[sunting | sunting sumber]

Musik ini dimainkan oleh minimal sembilan atau sepuluh orang. Setiap orang memainkan satu buah alat sambil bernyanyi. Terkadang, untuk membangkitkan semangat, beberapa orang dari kelompok tersebut bergerak sesuai dengan irama lagu. Semua pemainnya pria, dengan busana gamis dan celana panjang, serta berpeci. namun ada juga wanita. Uniknya, pemain marawis bersifat turun temurun. Sebagian besar masih dalam hubungan darah - kakekcucu, dan keponakan. Sekarang hampir di setiap wilayah terdapat marawis.

Sumber[sunting | sunting sumber]

BERIKUT REKAMAN PEMENTASAN KAMI PADA ACARA - ACARA WEEDING..

PEMENTASAN MARAWIS DAN HADROH

1. https://www.youtube.com/watch?v=JcPVFXz6Qjw

2. https://www.youtube.com/watch?v=7dNSSkZtOX8

3. https://www.youtube.com/watch?v=csMpEadFvh0

4. https://www.youtube.com/watch?v=YuHrqC2CriI


SILAHKAN DI KLIK LINK NYA, BISA DILIHAT LANGSUNG.
TERIMA KASIH..

MARAWIS DAN HADROH AL - KAUTSAR

Marawis Dan Hadroh Al - Kautsar Tapos - Depok

Team Hajir Marawis Hadroh Al - Kautsar Tapos - Depok Berdiri Pada Tahun 2009 Atas Usulan Dari Bp. Nanang Suryana Sebagai Pelatih dan Pengajar yang bekerja sama dengan Bp. Zezen Syukrillah hingga akhirnya Team Marawis Hadroh Al - Kautsar ini dapat berdiri Hingga Sekarang. Alat marawis kami awalnya adalah masih pinjaman yaitu dari marawis As - salam yang berdiri pada tahun 2006 hingga 2008 yang dipimpin Oleh Bp. Budi Hartono, karena alat tidak terpakai akhirnya salah satu personil dari Al - Kausar yang sekarang menjadi Pimpinan Al - Kautsar yaitu Bp. Nanang Suryana membuat kembali Grup atau Team marawis yang sekarang bernama Al - Kautsar bersama dengan Bp. Zezen Syukrillah.

Pada Tahun 2011, kami mengetahui bahwa pada tahun itu perkembangan marawis sedikit menurun karena adanya dominasi team hadroh yang hadir melalui majlis - majlis ta'lim Habaib, sehingga kami pun berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan perkembangan pada waktu itu yang akhirnya kami dapat membeli seperangkat atau satu set Alat Hadroh dan dari situlah mulai terbentuknya team Hadroh Alkautsar.

Pada Tahun 2014 Hingga sekarang kami terus meng upgrade kemampuan kami dalam ilmu musik serta senantiasa menggabungkannya dengan Da'wah agama islam yang akhirnya kami dapat menciptakan banyak grup - grup Marawis dan Hadroh serta Gambus dan Grup band yang beraliran Religi yang didominasi langsung oleh anak Muda.

Prestasi yang kami pernah Raih sebagai berikut :

1. Juara I tingkat pemuda Parade Bedug Dalam memperebutkan Piala Takbiran yang diadakan oleh DKM dan pemuda Cimpaeun yang dipimpin oleh Ustad Odi pada tahun 2009.

2. Juara I parade Marawis Pemuda Tapos pada Tahun 2011.

3. Juara III parade ITC tahun 2012.

dan masih banyak Lainnya.

Kami disini bukan ingin hanya sekedar mencari ketenaran belaka, tapi disini juga kami mempunyai misi untuk mengembangkan kesenian islami yang tidak habis dimakan zaman dan juga menjadikannya sebagai media yang menarik untuk berda'wah.

Contact Person untuk Acara Weeding, Gathering dll (Marawis,Gambus,Hadroh,Band Religi) 089 630 831 508